Indonesia saat ini memimpin ekspansi kapasitas tambang batu bara di Asia Tenggara, dengan proyek baru senilai 31 juta ton per tahun (Mtpa) yang sedang dikembangkan—15 Mtpa dalam konstruksi dan 16 Mtpa dalam perencanaan. Jika diakumulasi dengan kapasitas yang direncanakan oleh negara-negara Asia lainnya, izin tambang baru global mencapai ribuan Mtpa, dan Indonesia menyumbang lebih dari setengahnya.
Namun, ekspansi ini menimbulkan kekhawatiran serius terhadap emisi gas rumah kaca, terutama dari metana. Jika seluruh proyek terealisasi, diperkirakan 15,7 juta ton metana dilepaskan setiap tahun—setara dengan 1,3 miliar ton CO₂e—dan meningkatkan total emisi tahunan global hingga 6 miliar ton CO₂e, setara dengan emisi tahunan Amerika Serikat. Padahal, Indonesia sudah menandatangani Global Methane Pledge, tetapi masih minim mitigasi konkret untuk emisi metana dari proyek tambang batu bara baru.
Meskipun ekspansi tambang batu bara menawarkan peluang ekonomi dan pemenuhan kebutuhan energi domestik dan ekspor, risiko lingkungan yang ditimbulkannya sangat besar. Meleburnya cadangan dan potensi emisi metana menunjukkan bahwa strategi transisi energi yang lebih berkelanjutan serta kebijakan mitigasi mendalam sangat dibutuhkan jika Indonesia benar-benar ingin menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan komitmen iklim.